Selasa, 21 Juni 2016

warisan budaya indonesia yang diakui dunia

1.      Wayang kulit. 

Unesco pada tanggal 7 november 2003 telah menetapan bahwa wayang kuit adalah warisan budaya dunia yang berasal dari indonesia. Menteri negara kebudayaan dan pariwisata i gede ardika mengungkapkan, sejak 2003 lalu organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan pbb telah mengakui wayang sebagai world master piece of oral and intangible heritage of humanity.
2.      Keris. 

Unesco mengukuhkan keris indonesia sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia. Dunia telah mengakui keberadaan keris indonesia, sekaligus mendapat penghargaan dunia sejak 25 november 2005.
3.      Batik 

Perjuangan indonesia untuk mendapatkan pengakuan dunia atas batik sebagai warisan budaya asli indonesia tidak sia-sia. (unesco) mengukuhkan tradisi batik sebagai salah satu budaya warisan dunia asli indonesia pada oktober 2009 di perancis.
4.      Angklung 

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa sunda di pulau jawabagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Pengukuhan angklung indonesia oleh unesco ini tepatnya berlangsung pada 16 november 2010.
5.      Tari saman 


Tari saman dikukuhkan sebagai warisan budaya oleh unesco ada tahun 2011. Tari ini disebut tari saman karena diciptakan seorang ulama bernama syekh saman pada abad 14 masehi. Awalnya tarian ini merupakan permainan rakyat yang kerap ditampilkan dalam pesta adat dan budaya di tanah gayo. Seiring perkembangan zaman, tari saman kini menjadi salah satu seni budaya yang banyak dipelajari di sekolah-sekolah. Bukan hanya di aceh, tapi juga di luar aceh dan bahkan di luar negeri. Begitu menariknya, sehingga tari saman kerap menjadi ikon indonesia dalam berbagai festival budaya dunia.[1]
6.      Reog ponorogo 


Pemerintah malaysia akhirnya mengakui bahwa reog ponorogo adalah milik indonesia. Tetapi, memang kebudayaan tersebut telah disebarkan di johor dan selangor oleh masyarakat ponorogo yang tinggal di malaysia sejak bertahun-tahun lalu.
“reog tetap masih milik bangsa indonesia,” ujar duta besar malaysia untuk indonesia zainal abidin mohammad zin dari atas mobil pengeras suara milik pendemo, di depan kantor kedubes malaysia, jalan hr rasuna said, jakarta selatan, kamis, 29 november 2007.
Zainal yang mengenakan baju koko berwarna biru itu, juga menegaskan sejarah berkembangnya reog ponorogo yang di malaysia disebut sebagai tarian barongan.
“sejarahnya rakyat ponorogo pernah hijrah ke johor dan selangor. Anak cucu dari rakyat ini mengembangkan kebudayaan reog ponorogo yang mereka bawa dari ponorogo. Namun, tetap saja asal-usul budaya ini tetap milik bangsa indonesia,” paparnya.
7.      Tari pendet 


Perlu diketahui di sini bahwa pemerintah kerajaan malaysia tidak pernah mengklaim tari pendet sebagai budaya asal negara tersebut. Iklan pariwisata malaysia yang menampilkan tari pendet adalah dibuat oleh swasta, yakni discovery channel yang berbasis di singapura. Discovery channel singapore pun tidak memiliki relasi apapun dengan pemerintah diraja malaysia.
Discovery channel singapore pun sudah meminta maaf atas kelalaian tersebut dan menyatakan dengan jelas bahwa tari pendet adalah milik indonesia, bukan milik malaysia.
Dengan demikian, tari pendet yang muncul di film promosi enigmatic malaysia bukanlah promosi wisata malaysia. Bukan juga diproduksi dan didanai oleh kementerian pariwisata, kementerian kebudayaan malaysia atau ph malaysia, tapi dibuat oleh discovery channel yang berbasis di singapura.
Dc asia inc pun sudah mengakui bahwa kesalahan ada di staf bagian promosi mereka. Dc asia inc pun sudah menyatakan permohonan maaf atas kesalahan itu kepada kementerian pariwisata indonesia.
Tuduhan malaysia telah mengklaim tari pendet bali itu tidak benar. Dan dc menyatakan tari pendet itu milik malaysia juga tidak benar, yang benar tari pendet itu memang milik indonesia dan bali.
Sekarang udah kelihatan siapa yang bener dan siapa yang tidak. Kita tidak perlu caci maki bikin rusuh. Yang penting adalah bagaimana kita bisa mencintai dan melestarikan budaya kita sendiri sehingga tidak dicuri oleh negara lain. [2]
[2]https://dreamindonesia.me/2009/09/14/inillah-6-budaya-indonesia-yang-diakui-unesco-setelah-diklaim-malaysia/


suku aborigin penduduk asli di australia

Bangsa Aborigin-Australia atau Pribumi-Australia adalah penduduk asli/awal benua Australia dan kepulauan disekitarnya, termasuk juga mencakup Tasmania dan kepulauan selat Torres. Bentuk fisik orang Aborigin-Australia mirip orang Papua, karena memang keturunan orang Papua yang menjelajah ke benua Australia, sikitar 40.000 tahun lalu. dalam perkembangannya, bentuk fisik mereka saat ini rata-rata lebih kecil dan lebih pendek dari orang Papua. rambut mereka juga keriting, namun sebagian warnanya sudah kemerah-merahan atau cokelat pucat, sedangkan warna kulit mereka gelap
Kata "aborigin" dalam bahasa Inggris mempunyai arti "penduduk asli/penduduk pribumi", dan mulai digunakan sejak abad ke-17 untuk mengacu kepada penduduk asli Australia saat itu. Sebutan ini diambil dari bahasa latin ab origine, yang berarti "dari awal" dan diperuntukan bagi penduduk yang sejak semula tinggal di suatu daerah atau pulau.
Pada mulanya, mereka hidup dari berburu dan mencari ikan. Mereka berburu binatang liar seperti kanguru, dengan tombak, panah, dan bumerang (senjata khas orang Aborigin). Di daerah yang beriklim dingin, kulit kanguru ini digunakan sebagai bahan pakaian. Ilmu bercocok tanam dan beternak belum dikenal, karenanya kelompok anak suku aborigin tidak pernah berkelana jauh dari sumber-sumber air atau sungai.
Mereka juga tidak pernah tinggal lama di suatu daerah. Rumahnya amat sederhana, terbuat dari susunan ranting pohon dan dedaunan. dalam masyarakat kesukuannya, mereka dipimpin oleh kepala suku yang biasanya juga merangkap sebagai dukun suku itu. Kepala suku juga memimpin upacara keagamaan dan perkawinan. Agama orang aborigin-Australia masih tradisional, mereka percaya terhadap adanya Roh Agung yang menciptakan alam semesta dan isinya. Mereka percaya bahwa Roh Agung terkadang memberikan petunjuk dan bimbingan melalui mimpi. [1]

Penduduk pribumi ini membentuk 2,4% dari populasi modern Australia. Mereka tinggal di daratan Australia, Tasmania, dan pulau-pulau sekitarnya.
Diyakini suku Aborigin menempati Australia dan pulau sekitarnya hampir sejak 70.000 tahun yang lalu.
Penduduk pribumi ini berbicara lebih dari 250 bahasa dan dialek yang berbeda dan dianggap sebagai 20 jenis bahasa di dunia yang terancam punah.
Masyarakat Aborigin bukanlah entitas sosial tunggal, mereka memiliki komponen dan segmen yang berbeda dalam mode subsisten, budaya, serta bahasa.[2]
Dikutip brilio.net dari aboriginalheritage.org, Rabu (29/4), ribuan tahun sebelum kedatangan bangsa Eropa, Australia telah diduduki Suku Aborigin. Mereka hidup di sepanjang Pelabuhan Foreshores, Sydney bagian utara. Memancing di perairan, berburu di daerah pedalaman, serta memanen tumbuhan yang bisa dijadikan makanan di sekitarnya menjadi cara mereka bertahan hidup.
Mereka tidak perlu melakukan perjalanan jauh dari daerah mereka untuk bisa mendapatkan bahan makanan karena melimpahnya sumber daya alam di sana. Mereka hanya memerlukan waktu bekerja 4-5 jam dalam sehari untuk untuk penghidupan mereka. Dengan waktu luang yang begitu banyak, mereka pun akhirnya bisa mengembangkan aneka ritual, bahasa, adat istiadat, hingga masalah kepercayaan.
Kedatangan James Cook pada tahun 1770 menjadi awal tersisihnya Suku Aborigin di tanah mereka sendiri. Saat itu Cook berlayar untuk menjalankan misi ingin menguasai Benua Selatan jika tak berpenghuni, atau dengan persetujuan penduduk asli jika telah berpenghuni.
Setelah Cook datang, ia ternyata mengabaikan fakta bahwa tanah tersebut telah berpenghuni dan menyatakan bahwa daerah yang disebut New South Wales milik Raja George III Inggris. Kegagalan mendapatkan persetujuan penduduk Aborigin membuatnya berbohong bahwa daerah tersebut kosong.
Kapten Philip yang memimpin armada setelahnya sangat terkejut karena ternyata benua itu berpenghuni. Aborigin sebagai pribumi menyambut mereka di pinggir pantai dengan teriakan dan tombak.
Sejak invasi Eropa ke Australia tahun 1788, orang pribumi Aborigin yang lebih dulu menempati Australia semakin tertindas di tanahnya yang telah ia tinggali ribuan tahun. Diperkirakan bahwa lebih dari 750.000 orang Aborigin mendiami benua Australia pada tahun 1788.
Penyakit menjadi pukulan telak bagi bangsa Suku Aborigin. Mereka tidak memiliki perlawanan terhadap penyakit yang sengaja dibawa bangsa Eropa. Melalui para pelaut dan narapidana, penyakit seperti cacar, sipilis, dan influenza cepat menyebar di sana.
Kurang dari setahun, lebih dari setengan penduduk lembah Sydney meninggal karena wabah itu. Bangsa putih juga menghabisi ekosistem yang ada. Mereka menangkap ikan besar dengan jaring tangkapan yang besar, mengurangi populasi kanguru dengan terus menerus diburu, membuka lahan dan mencemari air. Akibatnya orang Aborigin di daerah Sydney menderita kelaparan. Hal itu menjadikan Suku Aborigin menjadi tergantung dengan makanan bangsa kulit putih dan pakaian.
Begitulah, bangsa Suku Aborigin semakin lama malah semakin berkurang populasinya. Sementara bangsa keturunan Inggris semakin berkembang di sana. [3]



[3]https://www.brilio.net/news/cerita-suku-aborigin-yang-malah-semakin-terasing-di-benuanya-sendiri-150429d.html

misteri suku lingon di pedalaman hutan halmahera

Tak dipungkiri jika Indonesia menjadi negara dengan beragam suku dan kekayaan tradisi serta budayanya sejak dulu. Namun, terlepas dari banyaknya suku di negeri ini, tahukah Anda bahwa di Indonesia terdapat suku unik bahkan terbilang misterius lantaran memiliki ciri fisik yang jauh berbeda dengan orang lokal pada umumnya. Suku yang dimaksud ialah Suku Lingon. [1]
Suku Lingon, adalah suatu komunitas suku bangsa, yang hidup terpencil di pedalaman hutan Halmahera Timur. Suku Lingon ini merupakan suatu suku yang misterius, penuh tanda tanya tentang keberadaannya di salah satu pulau di Halmahera Timur ini.
Dikatakan misterius karena keberadaan mereka masih ada atau sudah punah atau berbaur dengan suku-suku lain masih merupakan misteri.
Selain itu, secara fisik suku Lingon ini bukan dari ras weddoid, melanesia, polinesia, maupun mongoloid seperti rata-rata penduduk di wilayah Halmahera ini maupun wilayah Asia Tenggara pada umumnya.
Karena secara ras, suku Lingon ini termasuk dalam ras kaukasoid, layaknya ras dari orang Eropa!
Secara fisik suku Lingon ini memiliki postur tubuh tinggi, berkulit putih, berambut pirang dan bermata hijau dan biru, walaupun beberapa ada juga yang berambut agak kehitaman.
Tetapi pada dasarnya suku Lingon ini memiliki struktur fisik yang berbeda dengan masyarakat wilayah Asia Tenggara pada umumnya.
Populasi suku ini secara pasti tidak diketahui, karena suku ini diperkirakan nyaris punah.
Menurut cerita masa lalu, Suku Lingon ini pada masa dahulu sering mendapat ancaman dan gangguan dari suku pesisir yang hidup di pantai wilayah ini.
Salah satu ancaman datang dari suku Togutil yang barada di daerah pesisir, yang sering mencoba menculik gadis-gadis suku Lingon yang cantik-cantik layaknya gadis Eropa.
Suku-suku setempat yang juga hidup di wilayah ini beranggapan, bahwa suku Lingon ini sangat berbahaya karena dianggap memakan daging mentah dan memiliki ilmu sihir sehingga keberadaan mereka juga membuat takut suku-suku lain yang berada di wilayah itu.

Suku Yang Berasal Dari Kapal Yang Karam
Karena tak ada catatan sejarah yang akurat, asal-usul suku Lingon ini tidak diketahui secara pasti darimana dan kapan asal-muasal hadirnya di wilayah Halmahera.
Hanya saja apabila dilihat dari fisik mereka, diperkirakan dahulunya kemungkinan mereka datang dari daratan Eropa. Dari cerita rakyat yang beredar, bahwa dahulu sekitar 300 tahun yang lalu, sebuah kapal dari daratan Eropa, karam dan tenggelam dekat perairan Halmahera.
Sekelompok penumpang kapal ada yang selamat dan terdampar di pulau ini. Para penumpang kapal yang selamat ini tidak bisa kembali ke negeri asalnya.
Maka, akhirnya mereka membangun pemukiman di tengah pedalaman hutan Halmahera Timur ini, dan jadilah suatu komunitas yang disebut Lingon Tribe atau suku Lingon.
Di pulau tempat terdamparnya suku Lingon ini, ternyata sudah ada suku-suku lain yang mendiami pulau ini. Maka sempat terjadi konflik dengan suku-suku setempat.
Tetapi dengan persenjataan yang terbatas dan kalah dalam jumlah orang, Suku Lingon terdesak masuk ke pedalaman untuk menghindar dari gangguan suku setempat.
Setelah menetap di wilayah ini selama ratusan tahun, budaya asli mereka yang berawal dari Eropa ini pun mulai pudar dan berubah drastis, beradaptasi dengan budaya setempat yang nyaris primitif.
Oleh karenanya, sepertinya kepercayaan merekapun akhirnya beralih ke kepercayaan setempat, dengan mengamalkan segala hal animisme dan dinamisme. Hingga kini, keberadaan suku unik nan misterius ini masih merupakan misteri. [2]

[2]https://indocropcircles.wordpress.com/2015/04/29/misteri-suku-lingon-bermata-biru-di-belantara-hutan-indonesia/


suku nias

            Suku Nias merupakan salah satu dari beberapa suku asli yang tinggal di daerah Provinsi Sumatera Utara. Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah).
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari. [1]

Suku bangsa Nias mendiami Pulau Nias yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatera. Bersama dengan beberapa pulau kecil di sekitarnya daerah ini sekarang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Penduduk asli pulau itu menamakan diri mereka Ono Niha, artinya "anak manusia", dan menyebut pulau mereka Tano Niha, artinya "tanah manusia". Populasi suku bangsa ini diperkirakan berjumlah sekitar 480.000 jiwa. Sedangkan yang lain adalah para pendatang, seperti orang Batak, Aceh, Minangkabau dan Cina. [2]
Ada ke unikan pada suku Nias ketika berbicara yang mungkin tidak banyak orang yang mengetahuinya, yaitu kebanyakan suku Nias ketika berbicara selain dari bahasa daerah mereka sendiri ketika mereka berbicara akan menghilangkan huruf akhiran dari kata yang disebutkannya. Misalnya ketika menyebutkan kata “makan” maka mereka akan menyebutkannya “maka”. Ada satu kalimat yang mungkin banyak diketahui oleh orang yang berada di daerah Kab. Labusel yang kata tersebut dijadikan lawakan yaitu perkataan orang Nias ketika naik sepeda yang seketika menabrak orang, kalimatnya sebagai berikut: “Hure, hure, na tarre hu tumbu le” dalam bahasa daerah aslinya yaitu: “Hurem, hurem, na tarrem hutumbur le” jika di artikan ke bahasa indonsia secara bebas yaitu: “kurem, kurem tak bisa di rem kutabrak lah.”        



[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Nias
[2] http://suku-dunia.blogspot.co.id/2014/12/sejarah-suku-nias.html


Kamis, 16 Juni 2016

keberagaman suku-suku di dunia menciptakan seni dan budaya yang beragam

  
 Tidak bisa dipungkiri bahwa disetiap belahan bumi terdapat beragam corak seni dan budaya yang berbeda, di dalam perbedaan tersebut tidak lepas dari campurtangan manusia yang mempunya akal, pemikiran, dan ide-ide yang berbeda yang merupakan karunia dari Allah SWT. Perbedaan tersebut tercipta dari suatu perkumpulan manusia atau yang lebih dikenal dengan suku, bangsa, atau pun ras. Dari keberagaman suku tersebut terciptapula keberagaman seni dan budaya yang berbeda baik dikarenakan perbedaan cara hidup, berpikir, dan menjalani aktivitas seharai-hari. Terciptanya suatu budaya biasanya disebabkan oleh suatu aktivitas yang dilakukan sekelompok orang dan aktivitas tesebut dilakukan secara turun temurun dan biasanya behubungan dengan hal mistis atau kepercayaan yang di anut oleh sekelompok orang tersebut. Begitu juga dengan seni, baik itu merupakan seni musik, tari, ataupun seni yang berhubungan dengan alat tutlis dan memahat. Yang sebahagian besar seni tersebut merupakan hiburan, dan kesenangan bagi stiap kelompok orang tersebut, sehingga diwariskan dan diajarkan kepada setiap generasi mereka berikutnya.
Adanya perbedaan pada setiap suku menggambarkan bahwa betapa indahnya sebuah perbedaan tapi buakan karena perbedaan tersebut kita terpecah belah antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun perbedaan tersebut dapat dijadikan sebuah pelengkap antara susku-suku, dan dapat berbagi budaya dan seni kepada suku yang lainnya, agar tidak ada rasa diskriminasi yang hanya memntingkan suku sendiri dan tidak mempeduliakan orang lain. Dengan berbagi kebudayaan dan seni tersebut kita juga dapat saling mengenal antara suku yang mempunyai keberagaman yang bukan hanya berbeda dibidang budaya dan seni saja namun dapat berbagi ilmu pengetahuan yang mungkin tidak kita dapati pada suku yang kita miliki. Dengan saling mengenal dengan suku lainnya dapat timbul interaksi dan saling berbagi pemikiran dan ide sehingga dapat menimbulakan suatu seni atau budaya yang baru.
Allah juga telah menjelaskan di dalam Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 13 yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Dalam arti ayat Al-Qur'an tersebut dapat kita simpulkan bahwasanya Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bukan untuk saling memuliakan diri kepada yang lainnya tapi agar saling mengenal sehingga sebagian yang lain bisa mengenal sebagaian lainnya dan dengan begitu sempurnalah urusan sosial dan hubungan menjadi baik, inilah tujuan kenapa Allah menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bukan untuk membanggakan diri dengan nasab, suku, bangsa, atau dengan ayah dan ibu. https://kajiantafsirsyiah.wordpress.com/2015/07/26/tafsir-surat-al-hujurat-10-kenapa-allah-menciptakan-manusia-berbeda-beda-dan-apa-kemuliaan-yang-sebenarnya-menurut-al-quran-2/   
Kita sebagai umat muslim tidak banyak pula seni dan budaya yang bertentangan dengan apa yang diajarkan agama, namun kita dapat mengambil seni dan budaya yang baik dairi suku manapun apalagi denagan seni dan budaya tersebut dapat dijadikan sebagai media atau metode untuk bedakawah.
Keberagaman literatur seni dan budaya yang dimiliki setiap suku di pelosok muka bumi ini dapat kita lihat contoh kecilnya saja, seperti di indonesia saja sudah beragam suku yamg memiliki literatur seni dan budaya dapat dijumpai dari sabang sampai merauke. Di Sumater misalnya suku Aceh yang memiliki seni tari yang disebut sebagai tari saman yang sekarang mungkin hampir setiap suku dibelahan bumi ini telah mengenal tarian tersebut.
Budaya sangat bepengaruh pada kehidupan manusia, dapat kita lihat pada masa sekarang ini cepatnya berkembang budaya barat yang menjalar di seluruh dunia merupakan bahwa budaya harus dikembangkan agar tidak terpengaruh oleh budaya yang tidak bagus, dan yang tidak sesuai dengan moral dan akhlak yang diajarkan oleh agama. Memang setiap suku atau bangsa memiliki budaya namun adakalanya budaya tersebut tidak cocok untuk suatu kelompok lain. Dengan demikian budaya yang tidak bagus untuk generasi selanjutnya seharusnya tidak dibudayakan lagi agar generasi penerus umat manusia menjadi lebih baik dimasa mendatang. Namun tidak berarti budaya barat sepenuhnya salah, misalnya yaitu tehnologi yang dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan barat, sehingga dengan tehnologi tersebut manusia dapat lebih mudah berinteraksi, berkomunikasi, dan dapat lebih mudah berbagi informasi baik itu ilmu, seni, dan budaya.
Perkembangan budaya biasanya terjadi sebab kontak peradaban antara suku ataupun bangsa, dengan kontak peradaban tersebut sengaja atau tidak disengaja menyebabkan pertuakaran budaya ataupun menyatunya satu budaya dengan budaya yang lainnya.
Adanya  perbedaan dalam seni dan budaya tersebut kiranya setiap suku dapat saling menghargai dan saling berbagi bukan mengkalim bahwa suku atau bangsanyalah yang paling mulia dan menganggap selain mereka rendah dan menghinakannya.
keberagaman seni dan budaya yang dimiliki setiap suku sudah seharusnya dilestarikan dan diwariskan, selagi seni dan budaya itu baik dan tidak bertentangan dengan agama tidak ada salahnya untuk menjaganya agar tidak hilang dan tak meninggalkan bekas sedikitpun, dengan menjaganya generasi berikutnya dapat menikmati keragaman seni dan budaya itu.
Menjaga dan melestarikan seni dan budaya sangat penting sebab apa yang dapat kita rasakan dan nikmati sekarang belum tentu akan dinikmati generasi kita di masa yang akan datang. Setidaknya melestarikannya dengan mengajarkannya dan mengenalkannya di sekolah-sekolah agar para siswa lebih mencintai keberagaman seni dan budaya yang dimiliki setiap suku khususnya dengan seni dan budaya yang dimilikinya sendiri, dengan kecintaan kepada seni dan budaya mereka sendiri dan dapat mengenyampingkan perbedaaan mereka dapat menjaganya serta mengajarkannya kepada generasi mereka selanjutnya.
Dilihat dari kenyataan sekarang ini seni dan budaya tidak banyak lagi yang dikenal oleh halayak ramai, seiring bergulirnya waktu dan moderenisasi yang begitu pesat perkembangannya seni dan budaya mulai terlupakan sebab munculnya hal-hal yang baru yang lebih banyak menarik perhatian halayak ramai.
Tidak sedikit pula ada orang yang masih peduli dan cinta kepada seni dan budaya yang sudah jarang dilakukan di dalam masyarakat, bahkan adapula yang mengembangkannya dengan menggabungkannya kepada gaya moderen sehingga dengan menjadi lebih bagus dan menarik.