Suku Nias merupakan salah satu dari
beberapa suku asli yang tinggal di daerah Provinsi Sumatera Utara. Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias.
Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha"
(Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö
Niha" (Tanö = tanah).
Suku
Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang
masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan
mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya
megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu
besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal sistem
kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu".
Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan
mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama
berhari-hari. [1]
Suku bangsa Nias mendiami Pulau Nias yang terletak di sebelah barat
Pulau Sumatera. Bersama dengan beberapa pulau kecil di sekitarnya daerah ini
sekarang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara.
Penduduk asli pulau itu menamakan diri mereka Ono Niha, artinya "anak
manusia", dan menyebut pulau mereka Tano Niha, artinya "tanah manusia".
Populasi suku bangsa ini diperkirakan berjumlah sekitar 480.000 jiwa. Sedangkan
yang lain adalah para pendatang, seperti orang Batak, Aceh, Minangkabau dan
Cina. [2]
Ada ke unikan pada suku Nias ketika berbicara yang
mungkin tidak banyak orang yang mengetahuinya, yaitu kebanyakan suku Nias
ketika berbicara selain dari bahasa daerah mereka sendiri ketika mereka
berbicara akan menghilangkan huruf akhiran dari kata yang disebutkannya. Misalnya
ketika menyebutkan kata “makan” maka mereka akan menyebutkannya “maka”. Ada satu
kalimat yang mungkin banyak diketahui oleh orang yang berada di daerah Kab.
Labusel yang kata tersebut dijadikan lawakan yaitu perkataan orang Nias ketika
naik sepeda yang seketika menabrak orang, kalimatnya sebagai berikut: “Hure, hure,
na tarre hu tumbu le” dalam bahasa daerah aslinya yaitu: “Hurem, hurem, na
tarrem hutumbur le” jika di artikan ke bahasa indonsia secara bebas yaitu: “kurem,
kurem tak bisa di rem kutabrak lah.”
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Nias
[2] http://suku-dunia.blogspot.co.id/2014/12/sejarah-suku-nias.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar