Selasa, 21 Juni 2016

suku aborigin penduduk asli di australia

Bangsa Aborigin-Australia atau Pribumi-Australia adalah penduduk asli/awal benua Australia dan kepulauan disekitarnya, termasuk juga mencakup Tasmania dan kepulauan selat Torres. Bentuk fisik orang Aborigin-Australia mirip orang Papua, karena memang keturunan orang Papua yang menjelajah ke benua Australia, sikitar 40.000 tahun lalu. dalam perkembangannya, bentuk fisik mereka saat ini rata-rata lebih kecil dan lebih pendek dari orang Papua. rambut mereka juga keriting, namun sebagian warnanya sudah kemerah-merahan atau cokelat pucat, sedangkan warna kulit mereka gelap
Kata "aborigin" dalam bahasa Inggris mempunyai arti "penduduk asli/penduduk pribumi", dan mulai digunakan sejak abad ke-17 untuk mengacu kepada penduduk asli Australia saat itu. Sebutan ini diambil dari bahasa latin ab origine, yang berarti "dari awal" dan diperuntukan bagi penduduk yang sejak semula tinggal di suatu daerah atau pulau.
Pada mulanya, mereka hidup dari berburu dan mencari ikan. Mereka berburu binatang liar seperti kanguru, dengan tombak, panah, dan bumerang (senjata khas orang Aborigin). Di daerah yang beriklim dingin, kulit kanguru ini digunakan sebagai bahan pakaian. Ilmu bercocok tanam dan beternak belum dikenal, karenanya kelompok anak suku aborigin tidak pernah berkelana jauh dari sumber-sumber air atau sungai.
Mereka juga tidak pernah tinggal lama di suatu daerah. Rumahnya amat sederhana, terbuat dari susunan ranting pohon dan dedaunan. dalam masyarakat kesukuannya, mereka dipimpin oleh kepala suku yang biasanya juga merangkap sebagai dukun suku itu. Kepala suku juga memimpin upacara keagamaan dan perkawinan. Agama orang aborigin-Australia masih tradisional, mereka percaya terhadap adanya Roh Agung yang menciptakan alam semesta dan isinya. Mereka percaya bahwa Roh Agung terkadang memberikan petunjuk dan bimbingan melalui mimpi. [1]

Penduduk pribumi ini membentuk 2,4% dari populasi modern Australia. Mereka tinggal di daratan Australia, Tasmania, dan pulau-pulau sekitarnya.
Diyakini suku Aborigin menempati Australia dan pulau sekitarnya hampir sejak 70.000 tahun yang lalu.
Penduduk pribumi ini berbicara lebih dari 250 bahasa dan dialek yang berbeda dan dianggap sebagai 20 jenis bahasa di dunia yang terancam punah.
Masyarakat Aborigin bukanlah entitas sosial tunggal, mereka memiliki komponen dan segmen yang berbeda dalam mode subsisten, budaya, serta bahasa.[2]
Dikutip brilio.net dari aboriginalheritage.org, Rabu (29/4), ribuan tahun sebelum kedatangan bangsa Eropa, Australia telah diduduki Suku Aborigin. Mereka hidup di sepanjang Pelabuhan Foreshores, Sydney bagian utara. Memancing di perairan, berburu di daerah pedalaman, serta memanen tumbuhan yang bisa dijadikan makanan di sekitarnya menjadi cara mereka bertahan hidup.
Mereka tidak perlu melakukan perjalanan jauh dari daerah mereka untuk bisa mendapatkan bahan makanan karena melimpahnya sumber daya alam di sana. Mereka hanya memerlukan waktu bekerja 4-5 jam dalam sehari untuk untuk penghidupan mereka. Dengan waktu luang yang begitu banyak, mereka pun akhirnya bisa mengembangkan aneka ritual, bahasa, adat istiadat, hingga masalah kepercayaan.
Kedatangan James Cook pada tahun 1770 menjadi awal tersisihnya Suku Aborigin di tanah mereka sendiri. Saat itu Cook berlayar untuk menjalankan misi ingin menguasai Benua Selatan jika tak berpenghuni, atau dengan persetujuan penduduk asli jika telah berpenghuni.
Setelah Cook datang, ia ternyata mengabaikan fakta bahwa tanah tersebut telah berpenghuni dan menyatakan bahwa daerah yang disebut New South Wales milik Raja George III Inggris. Kegagalan mendapatkan persetujuan penduduk Aborigin membuatnya berbohong bahwa daerah tersebut kosong.
Kapten Philip yang memimpin armada setelahnya sangat terkejut karena ternyata benua itu berpenghuni. Aborigin sebagai pribumi menyambut mereka di pinggir pantai dengan teriakan dan tombak.
Sejak invasi Eropa ke Australia tahun 1788, orang pribumi Aborigin yang lebih dulu menempati Australia semakin tertindas di tanahnya yang telah ia tinggali ribuan tahun. Diperkirakan bahwa lebih dari 750.000 orang Aborigin mendiami benua Australia pada tahun 1788.
Penyakit menjadi pukulan telak bagi bangsa Suku Aborigin. Mereka tidak memiliki perlawanan terhadap penyakit yang sengaja dibawa bangsa Eropa. Melalui para pelaut dan narapidana, penyakit seperti cacar, sipilis, dan influenza cepat menyebar di sana.
Kurang dari setahun, lebih dari setengan penduduk lembah Sydney meninggal karena wabah itu. Bangsa putih juga menghabisi ekosistem yang ada. Mereka menangkap ikan besar dengan jaring tangkapan yang besar, mengurangi populasi kanguru dengan terus menerus diburu, membuka lahan dan mencemari air. Akibatnya orang Aborigin di daerah Sydney menderita kelaparan. Hal itu menjadikan Suku Aborigin menjadi tergantung dengan makanan bangsa kulit putih dan pakaian.
Begitulah, bangsa Suku Aborigin semakin lama malah semakin berkurang populasinya. Sementara bangsa keturunan Inggris semakin berkembang di sana. [3]



[3]https://www.brilio.net/news/cerita-suku-aborigin-yang-malah-semakin-terasing-di-benuanya-sendiri-150429d.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar